Osteoporosis merupakan penyakit memburuknya kepadatan tulang lebih cepat dari yang dapat secara alami direstrukturisasi oleh tubuh. Penyakit osteoporosis terjadi pada tulang, bukan pada sendinya. Penyakit ini bisa dikatakan lebih bahaya ketimbang kanker.
Selain tidak dapat disembuhkan, osteoporosis tergolong penyakit tanpa gejala yang muncul diam-diam alias silent disease. Gaya hidup kaum muda saat ini dapat memicu terjadinya osteoporosis, seperti kebiasaan merokok, minum kopi, mengkonsumsi minuman bersoda, dan alkohol.
Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR mengungkapkan osteoporosis berdampak terhadap penurunan kualitas hidup yang dihubungkan dengan kejadian fraktur osteoporotik. Pencegahan atau pemberian terapi secara dini penting dilakukan. Hal itu bertujuan untuk menurunkan risiko kejadian fraktur osteoporotik sehingga akan meningkatkan kualitas hidup penderita osteoporosis.
"Pemeriksaan marker osteoporosis di dalam serum atau di dalam urine membantu mengarahkan terapi yang lebih baik," ungkap Nyoman Kertia saat menjadi narasumber seminar “Osteoporosis, Bagaimana menghadapinya?” yang berlangsung pada hari Sabtu, (12/4) di Aula Lantai 2 RS Akademik UGM.
Seminar digelar Rumah Sakit Akademik UGM sebagai bentuk kepedulian dan memberikan pemahaman pada masyarakat terkait kesehatan tulang agar bisa lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup. Selain Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR; seminar yang dibuka Prof. Arif Faisal,Sp.Rad(K), DHSM selaku Direktur RSA UGM, ini menghadirkan pula pembicara Retno Pangastuti, DCN, M.Kes dan Dr. Noor Rahmani, M.Sc.
Retno Pangastuti, DCN, M.Kes menyatakan sebanyak 40 persen wanita dan 13 persen pria memasuki usia 50 tahun kemungkinan mengalami patah tulang. Bahkan sekitar 250 ribu kasus patah tulang karena osteoporosis terjadi di Inggris setiap tahun. Sementara itu di Asia, sebanyak 52 persen perempuan usia di atas 50 tahun memiliki kepadatan tulang yang rendah. Data memperlihatkan setiap orang di Indonesia hanya mengkonsumsi 254 mg kalsium perhari.
"Ini yang mesti diperhatikan, kesalahan seringkali terjadi karena masyarakat hanya berfokus pada bahan makanan bersumber kalsium, sementara yang tidak kalah penting adalah bagaimana memahami bahan makanan apa saja yang bisa menghambat dan membantu penyerapan kalsium,” kata Retno.
Sementara itu, Dr. Noor Rahmani, M.Sc berharap agar masyarakat senantiasa menjaga kesehatan, baik fisik maupun hati. Sebab jika sudah terdiagnosa mengidap osteoporosis, pasien diharapkan tidak larut dengan penyakit. "Namun harus tetap semangat, meski serba dalam keterbatasan. Semangat dalam mencari obat dan beraktivitas sesuai dengan kemampuan,” harap Noor Rahmani.
Disamping mendapat pemahamanan pencegahan, dalam seminar osteoporosis ini dilakukan pula pemeriksaan gratis langsung dan pembagian hadiah.
Berita Terkait :
Tidak Ada Komentar |
GAWAT DARURAT 24 JAM | |
0251-8240736 |
OPERATOR | |
0251-8240797 |
SMS GATEWAY | |
081111113622 (SPGDT) |