Guillain-Barré Syndrome atau GBS adalah penyakit langka yang disebabkan gangguan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang sistem saraf tubuh kita sendiri (autoimun). Gejala tersering GBS berupa lumpuh layuh (flaksid/lemah lunglai) yang timbul secara akut/mendadak. Terkadang GBS juga menimbulkan gejala sensorik seperti mati rasa maupun gejala otonom seperti gangguan buang air. Istilah GBS diambil dari nama dua Ilmuwan Perancis, Guillain (baca Gilan) dan Barré (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang lumpuh, namun kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis. Tiap tahunnya, GBS menjangkiti satu dari sekitar 40,000 orang. GBS dapat terjadi pada anak-anak hingga dewasa, serta lebih sering ditemukan pada kaum pria.
GBS disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh yang sering terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, terutama infeksi usus atau tenggorokan. Diduga kuman Campylobacter jejuni penyebab infeksi tersebut memicu pembentukan antibodi, yaitu protein yang berfungsi melawan musuh berupa kuman/zat asing yang menyerang tubuh. Sayangnya kuman Campylobacter jejuni ini mirip strukturnya dengan gangliosida, yaitu zat penyusun mielin (selubung saraf tepi). Sehingga antibodi yang seharusnya menyerang kuman Campylobacter jejuni ini salah mengenali musuhnya, dan malah menyerang tubuh kita sendiri yaitu di bagian mielin (selubung saraf tepi). Kerusakan selubung saraf tepi menyebabkan sistem saraf tidak dapat melakukan fungsinya menghantarkan rangsang ke otak, sehingga menimbulkan berbagai gejala.
Gejala awal GBS dapat berupa gejala sensorik dan motorik. Gejala sensorik seperti rasa ditusuk-tusuk jarum atau mati rasa di ujung jari kaki atau tangan. Gejala motorik berupa kaki terasa berat dan kaku, tangan terasa lemah dan sulit menggenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik (membuka kunci atau tutup kaleng). Kelemahan bersifat asending atau berawal di ujung kaki/tangan lalu lama kelamaan naik ke tubuh bagian atas, wajah, dan yang paling berbahaya bila sampai mengenai otot pernafasan. Gejala otonom dapat berupa kesulitan mengontrol buang air besar dan kecil, jantung berdetak cepat, atau tekanan darah tidak stabil.
Gejala-gejala awal ini dapat memberat secara progresif dalam hitungan jam hingga hari. Kelemahan paling terasa dalam 2-4 minggu setelah gejala awal muncul. Setelah itu, pemulihan umumnya dimulai 2-4 minggu setelah gejala puncak kelemahan.
Perjalanan penyakit GBS bervariasi dari ringan hingga berat, bahkan dapat menimbulkan kematian pada 2-12% kejadian. Pada kasus ringan, pasien dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa. Pada kasus lainnya, sering timbul gejala yang menetap (sekuele) baik berupa kelemahan/kelumpuhan maupun gangguan sensoris. Sekitar 25-30% pasien GBS mengalami kesulitan bernafas akibat lumpuhnya otot pernafasan sehingga membutuhkan ventilator/mesin untuk membantu pernafasan.
Prinsip utama dalam menangani kasus GBS adalah deteksi dini dan penanganan segera. Perawatan di rumah sakit bertujuan untuk memastikan diagnosis penyakit GBS, mengurangi angka kematian dan timbulnya gejala sisa, serta mempersingkat lamanya perjalanan penyakit. Plasmafaresis atau pemberian imunoglobulin intravena sering digunakan untuk mempersingkat lamanya perjalanan penyakit. Terapi lainnya berupa obat-obatan serta fisioterapi.
Demikian sekilas tentang penyakit Guillain-Barré Syndrome (GBS). Mari jaga tubuh tetap fit dengan mengkonsumsi makanan bernutrisi dan pola hidup yang sehat.
Berita Terkait :
Tidak Ada Komentar |
GAWAT DARURAT 24 JAM | |
0251-8240736 |
OPERATOR | |
0251-8240797 |
SMS GATEWAY | |
081111113622 (SPGDT) |