Kanker adalah penyakit yang prevalensinya semakin tahun semakin meningkat. Salah satu pengobatan kanker adalah kemoterapi yang bertujuan membunuh sel-sel kanker dengan obat melalui oral atau langsung masuk ke dalam darah/parenteral, tapi sayangnya sel-sel yang normal pun ikut rusak dengan obat kemo tersebut. Tubuh yang dimasuki obat kemo bereaksi dengan berbagai gejala diantaranya kelainan dari mulut, oesophagus, lambung, gastrointestinal sebagai berikut mulut terasa sakit, kehilangan cita rasa, mual, muntah, diare, perut penuh, kebiasaan buang air besar berubah, dll. Sebagian besar pasien merasa tidak nyaman selama menjalani kemoterapi yang menyebabkan problem asupan makanan menjadi berkurang.
Selain pelayanan pengobatan yang diberikan oleh dokter, tenaga kesehatan lain juga berperan dalam membantu pasien diantaranya pelayanan keperawatan oleh perawat yang biasa disebut dengan asuhan keperawatan dan asuhan gizi oleh dietisien (ahli gizi) yang meliputi pengaturan pola makan yang baik akan mengurangi keluhan pasien dan memperbaiki keadaan umum sehingga memperlancar pengobatan kemoterapi. Tujuan mengatur makanan dan minuman (Diet) pada pasien kanker adalah membuat status gizi optimal dengan cara: Memberikan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan zat gizi dan daya terima pasien, mencegah penurunan berat badan serta mengurangi rasa mual, muntah dan diare.
Setiap pasien kanker harus mendapat terapi diet yang tepat, oleh karena itu perlu dilakukan asuhan gizi dengan langkah-langkah standar yaitu Assessment, Diagnosis, Intervensi, Monitoring Evaluasi (ADIME). Pada saat pasien awal datang dimulai dengan skrining gizi dilanjutkan dengan assessment gizi sebagai awal dari asuhan gizi dengan melakukan pengumpulan data sebagai berikut:
Berdasarkan data assessment/ pengkajian gizi pada pasien kanker, ditegakkan Diagnosis Gizi yang terdiri dari Problem Etiologi Sign/ symtom. Diagnosis yang sering muncul pada pasien dengan kanker setelah menjalani kemoterapi adalah tidak adekuatnya asupan makanan berkaitan dengan tidak napsu makan, mual, muntah yang ditandai dengan asupan energi, protein kurang dari kebutuhan. Diagnosis gizi lain adalah malnutrisi berkaitan dengan asupan makan yang kurang ditandai dengan berat badan yang menurun, index masa tubuh dibawah standar normal dan terlihat keilangan masa lemak dan masa otot diseluruh tubuh. Kehilangan berat badan pada pasien kanker merupakan tanda prognosis yang kurang baik.
Langkah lanjut asuhan gizi setelah diagnosis gizi adalah Intervensi gizi yang terdiri dari perencanaan dan implementasi termasuk didalamnya konseling dan edukasi gizi. Pada pasien kanker dengan kemoterapi perencanaan dietnya adalah sebagai berikut :
- Energi sesuai dengan usia, TB, BB, berkisar 32-36 Kkal/kgBB.
- Protein 1-1.5 g/kgBB.
- Lemak 20% dari total kalori.
- Karbohidrat 60% dari kebutuhan
- Vitamin & mineral diberikan cukup.
- Makanan diajurkan yang dimasak matang sempurna, tidak dianjurkan mengkonsumsi telur setengah matang, makanan mentah lainnya atau susu tanpa dipasturisasi, biasa disebut neutropenic diet.
- Porsi kecil tapi sering, biasanya 6 kali sehari 3-4 x makan dan 2-3 x makanan selingan/snack. Disajikan makanan kesukaan dan jangan makan menunggu sampai kondisi lapar.
- Makanan dan snack disarankan yang mengandung tinggi kalori dan protein seperti hasil produk dari susu, telur, daging, ikan, ayam.
- Bentuk makanan sesuai dengan kemampuan pasien mengkonsumsi, dapat berupa kombinasi oral (nasi, tim, bubur dengan lauk pauknya, sayur dan buah) disertai makanan enteral berupa susu sapi, susu kacang hijau, susu kedele.
- Asupan air harus cukup 8 s/d 10 gelas sehari selain untuk mencukupi kebutuhan, agar fungsi ginjal tetap baik dan sisa obat kemo dapat keluar bersama urine. Sebagian minuman dianjurkan yang tinggi kalori dan protein seperti milk shake, atau susu sebagai suplemen.
Efek samping pengobatan kemoterapi dan solusinya diinformasikan pada pasien saat memberikan konseling gizi sebagai berikut, apabila terjadi:
Monitoring dan evaluasi merupakan langkah akhir dari asuhan gizi, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data sebagai berikut:
- Asupan makanan/ zat gizi yang dapat dikonsumsi.
- Status gizi berdasarkan Antopometri, biokimia, fisik.
- Kualitas hidup.
- Perilaku dan lingkungan (perubahan penget, perilaku mengenai makanan).
Sebagai penutup dapat disimpulkan mencegah kanker lebih baik dari pada mengobati yaitu dengan mengontrol faktor risiko yang dapat dikontrol diantaranya merubah gaya hidup dengan pola makan yang baik dan seimbang, menjaga IMT, olah raga, dan lain-lain.
Terapi diet kanker dengan kemoterapi disesuaikan dengan kondisi pasien, yang bertujuan optimalisasi status gizi. Cukup energi, protein, vitamin dan mineral, lemak tidak berlebihan. Porsi kecil tapi sering, bentuk makanan sesuai kemampuan.
Berita Terkait :
Tidak Ada Komentar |
GAWAT DARURAT 24 JAM | |
0251-8240736 |
OPERATOR | |
0251-8240797 |
SMS GATEWAY | |
081111113622 (SPGDT) |