Hampir setiap orang pasti pernah mengalami nyeri kepala/ sakit kepala. Banyak yang menanyakan mengenai keluhan yang satu ini, siapa yang tidak mengenal keluhan ini. Dalam bahasa medis nyeri kepala disebut cephalgia atau sefalgi, adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah, juga leher/ tengkuk (leher bagian belakang). Biasanya sakit kepala/ cephalgia dapat dicetuskan oleh pola makan tidak teratur, kelelahan, kurang tidur, dan sebagainya. Cephalgia dapat terjadi akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap, Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungdi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya. Klasifikasi ini secara garis besar membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer kemudian dibagi menjadi empat kategori yaitu: migraine, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala cluster – trigerminal, dan nyeri kepala primer lainnya.
1. Migraine
Istilah migraine yang berarti “sakit kepala sesisi”. Memang pada 2/3 penderita migraine, nyerinya dirasakan secara unilateral, tetapi pada 1/3 lainnya dinyatakan pada kedua belah sisi secara bergantian dan tidak teratur. Rasa nyeri ini disebabkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah besar intracranial dan dibebaskannya substansi neurokinin ketika vasodilatasi terjadi. Terdapat dua syndrome klinis migraine, yaitu:
a. Migraine dengan aura
Migrain disertai aura diawali dengan adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala hemikranial (unilateral), mual, dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan selama beberapa jam kadangpula terjadi dalam sehari penuh bahkan lebih.
b. Migraine tanpa aura.
Migrain tanpa aura merupakan nyeri kepala hemikranial disertai atau tanpa mual muntah yang terjadi secara tiba-tiba tanpa gangguan fungsi saraf sebagai pertanda dan gejala ini terjadi dalam beberapa menit atau jam. Aspek hemikranial dan sensasi berdenyut merupakan karakteristik paling khas yang membedakan migraine dengan jenis nyeri kepala lainnya.
Terdapat banyak jenis farmakoterapi yang digunakan untuk mengatasi migraine dan pemilihan untuk tiap pasien bergantung dari tingkat keparahan serangan, gejala terkait seperti mual dan muntah, permasalahan komorbid, dan respon pasien terhadap pengobatan. Pemberian analgesic tunggal atau dikombinasikan dengan komponen lainnya telah terbukti meringankan nyeri kepala ringan hingga berat. Agonis 5-HT1 dan/atau analgesi opioid dapat diberikan dan dapat dikombinasikan dengan antagonis dopamine jika migraine tergolong berat. Penggunaan farmakoterapi ini harus dibatasi hingga 2-3 hari dalam seminggu untuk mencegah berkembangnya fenomena nyeri kepala rebound.
2. Nyeri Kepala Tipe Tegang
Nyeri kepala tipe tegang (NKTT) merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan nyeri kepala tanpa sebab yang jelas dan kurang memiliki gambaran khas dibanding migraine dan nyeri kepala cluster. Mekanisme patofisiologi yang mendasarinya tidak diketahui secara pasti dan ketegangan sepertinya bukan penyebab utama. Kontraksi dari otot leher dan kulit kepala yang selama ini telah dikatakan sebagai penyebab, kemungkinan hanya merupakan fenomena sekunder. Pada umumnya, NKTT merupakan gangguan kronik yang bermulai setelah umur 20 tahun. Gangguan ini ditandai dengan serangan nyeri kepala bilateral pada bagian occipital tanpa sensasi denyutan dan tidak disertai rasa mual, muntah, atau gangguan penglihatan. Nyeri biasa dideskripsikan seperti ada pita yang mengikat kepala dengan ketat. Wanita lebih sering terkena dibanding pria. Walaupun NKTT dan migraine dianggap suatu gangguan yang berbeda, tidak jarang ditemukan pasien yang mengalami nyeri kepala dengan gejala keduanya. Pasien yang diklasifikasikan NKTT seperti ini mengalami nyeri kepala berdenyut, nyeri kepala unilateral, atau mengalami muntah pada saat serangan. Konsekuensinya, mungkin lebih tepat menganggap NKTT dan migraine merupakan perwakilan dari suatu kutub berlawanan dari satu spectrum klinis. Nyeri kepala tipe tegang dapat diatasi dengan pemberian analgesic sederhana, seperti aspirin atau asetaminophen atau jenis NSAID lainnya. Akan tetapi pengobatan ini hanya diberi dalam periode yang singkat. Nyeri kepala tipe tegang berespon sangat baik pada obat yang digunakan untuk menanganai depresi atau kecemasan, terutama jika kedua gangguan ini ditemukan.
3. Nyeri kepala tipe cluster
Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnya terjadi pada usia yang lebih tua dibanding dengan migraine. Nyeri pada sindrom ini terjadi hemikranial pada daerah yang lebih kecil dibanding migraine, sering kali pada daerah orbital, sehingga dikatakan sebagai klaster. Jika serangan terjadi, nyeri ini dirasakan sangat berat, nyeri tidak berdenyut konstan selama beberapa menit hingga 2 jam. Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanya terjadi pada region yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnya terjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari, seringkali terjadi lebih dari sekali dalam satu hari. Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek lateral dari hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata. Serangan nyeri kepala cluster nokturnal dapat ditangani dengan dosis ergotamine sebelum tidur untuk mencegah serangan. Pemberian lidocaine intranasal atau sumatriptan dapat pula digunakan pada serangan akut. Pada beberapa pasien, ergotamine diberikan satu kali atau dua kali perhari juga terbukti bermanfaat. Jika ergotamine dan sumatriptan tidak efektif mengatasi serangan, penggunaan verapamil dengan dosis hingga 480 mg per hari. Ekbom memperkenalkan terapi lithium untuk nyeri kepala cluster dan Kudrow telah membuktikan efektivitas lithium pada kasus kronik. Indomethacin dengan dosis 75 mg hingga 200 mg/hari telah dilaporkan berhasil pada kasus kronik akan tetapi beberapa pasien juga tidak mengalami perbaikan. Beberapa kasus nyeri kepala cluster tidak dapat diatasi dengan terapi farmakoterapi dan membutuhkan pemotongan nervus trigerminus parsial.
Berita Terkait :
Tidak Ada Komentar |
GAWAT DARURAT 24 JAM | |
0251-8240736 |
OPERATOR | |
0251-8240797 |
SMS GATEWAY | |
081111113622 (SPGDT) |